Jumat, 27 Agustus 2010

Y.O.U the series [ Chapter 2 – tiga kopi hangat dan sebuah insiden ]

Alhamdulillah, tercurahlah unek-unek saya tentang FF saya yang masih harus berlanjut. Mengapa? Karena TBC!! Saya wajib menyelesaikannya!

Saya tau, mungkin hanya sedikit saja yang bersedia membaca FF saya yang masih abal dan harus banyak diperbaiki. Namun, saya akan terus mencoba *gym* mari kita mulai, Y.O.U chapter 2,, selamat menikmati J

New casting:

-Han Hyo Ju as Young Sang Mun

-Ko Ah Ra as Won Hyu Na

Young Sang Mun

Won Hyu Na

Chapter 2 – tiga kopi hangat dan sebuah insiden

[backsound: stand by me-shinee]

Together make it love!
Forever make it your smile!
neoui hwanhan miso gadeukhi
Together make it love!
Forever make it your smile!
ije naesoneul naesoneul jaba
Stand by me nareul barabwajwo ajik sarangeul moreujiman
Stand by me nareul jikyeobwajwo ajik sarange seotungeot gata

Pemandangan kota Seoul pada waktu sore memang sangat indah. Meski ramainya bukan main, namun itulah letak keindahannya. Itulah yang sekarang membuatku duduk di salah satu busway menuju pusat kota. Bukan hanya sekedar melihat lalu lalang orang saja, namun aku ingin membeli syal. Ya, dua minggu yang lalu sejak insiden aku hampir saja ditabrak orang, aku tak punya syal karena syalku sobek.

Selamat!

Aku segera turun begitu sudah sampai di tempat pemberhentian busway. Jalanan memang padat dan sedikit licin. Jadinya aku harus berhati-hati berjalan diantara lautan manusia yang memiliki kepentingan sendiri-sendiri.

Aku memulai jalan-jalanku dengan berjalan sepanjang deretan took yang masing-masing menjual barang tertentu. Lalu aku menemukan toko yang menjual apa yang aku butuhkan, syal.

HYUNG MIN’S COLLECTION: WINTER SEASON

Aku segera masuk karena hawa yang semakin dingin. Aku menemukan syal warna merah muda beserta dengan sarung tangannya. Oh tidak! Kau tahu berapa harganya? 90 ribu won! Aku langsung menelan ludah ketika melihat harga yang begitu mahal. Aku langsung keluar begitu mendapati harga rata-rata syal yang dijual di toko itu. Yang benar saja!

aku merapatkan mantel jaket lapis dua yang menyelubungi tubuhku dan topi rajut beserta dengan penutup telinganya. Apa alam lupa mengganti musimnya? Hingga liburan musim dingin sudah berakhirpun hawa masih saja di bawah 10 derajat.

Ketika aku berjalan sambil menggosok-gosokkan tanganku agar mendapatkan sedikit kehangatan, aku melihat sebuah syal rajut berwarna putih tulang yang digantungkan di depan toko kecil yang tidak terlalu ramai. Aku segera berjalan mendekat dan menanyakan harganya. 10 ribu won! Masih lumayan. Meskipun bahan dan kehangatannya sedikit berbeda dengan syal yang tadi, namun fungsinya sama, sama-sama menghangatkan. Aku segera merogoh kantung tas slempangku dan membayarnya.

Terselamatkanlah leherku yang sedari dua minggu yang lalu menjadi korban keganasan suhu musim dingin. setelah mendapatkan apa yang aku butuhkan, aku duduk di salah satu bangku taman kota dan membuka bekal makanku yang masih hangat: martabak dan roti bakar coklat dengan ukuran yang sangat besar siap untuk aku lahap.

Saat aku memulai untuk makan, sebuah tangan menepuk bahuku. Aku terlonjak dan menoleh. Aku mendapati seorang gadis berambut coklat sebahu dan seorang laki-laki di belakangnya. Hey, sepertinya aku tahu dua orang ini. Ah, ini kan murid baru di kelasku yang baru datang hari ini?

“Hey, kenapa kau sendirian saja? “ Tanya nya sambil duduk di sebelahku, didikuti laki-laki bertampang judes yamg sedari tadi hanya bergeming.

“Ah, ne.” jawabku canggung sambil menutup bekal makananku.

“Eh, kau kan ingin sekali membeli roti bakar? Jadi tidak? Kalau jadi, kita minta bantuan Eum Ji saja!” ujarnya pada laki-laki di yang duduk disebelahnya, laki-laki berambut sama coklatnya itu hanya mengedikkan bahu.

“Kau tahu tempat dimana adikku bisa mendapatkan roti bakar?” tanya gadis itu sambil merogoh tas slempangnya.

“Roti bakar? Kalau kalian mau, makan punyaku saja. Setahuku, roti bakar hanya ada malam hari. Kalaupun ada, mungkin tempatnya jauh dari sini.” Jawabku sambil menawarkan bekalku pada gadis ini.

Dia menerima sambil tersenyum, lalu menawarkan pada adiknya. Kemudian gadis beralis tebal itu membelikanku kopi hangat, lalu kembali dengan tangan memegang tiga buah plastic berisi coffe cup panas yang aku tunggu dengan kecanggungan. Bagaimana tidak? Laki-laki itu hanya bermain dengan ponselnya seolah-olah aku ini tidak ada.

Namun, gadis bernama Sang Mun ini kembali dengan wajah merah padam dan tawa kesenangan yang ia tahan.

“Aigoo!” pekiknya sambil duduk di sebelahku, lalu menyodorkan kopi bagianku.

“Gomawo. Waeyo?” tanyaku dengan kening berkerut. Aroma kopi yang masih panas memnbuatku tak sabar untuk menyerutupnya.

“Baru saja aku bertabrakan dengan seorang laki-laki yang sangat manis dan ganteng. Aigoo!” terangnya, lalu menyerutup kopinya pelan sebelum mulai bercerita lagi. “Kau tahu, saat aku berjalan untuk mengantri, ada orang yang dengan sengaja menjegalku dan usahanya itu berhasil! kurang hajar sekali!!” tambahnya, lalu menyerutup kopinya lagi, “aku hampir saja terjengkang dan jatuh ketika ada seseorang menangkapku dari belakang. Rambutnya pirang jabrik dan bau tubuhnya sangat wangi!”

“Heh, noona! kau ini tak usah terlalu senang. Mungkin laki-laki yang kau ceritakan itu hanya kebetulan berada disana dan tidak ada pilihan lain selain menangkapmu yang akan jatuh.” timpal laki-laki disebelah Sang Mun di sela-sela serutupan kopinya.

“Kau ini, selalu saja mengahancurkan moodku yang sedang baik,” balas Sang Mun, lalu ia mengahadap aku yang sedari tadi hanya diam sambil menikamati setiap teguk kopi dari Sang Mun, “ menurutmu, apakah dia jodohku?” tanyanya penuh antusias.

“oh, aku tidak tahu harus menjawab apa. Mungkin kau akan mendapatkan jawabannya setelah bertemu dengan tidak sengaja dengannya lagi. Barang sekali dua kali.” Jawabku apa adanya, karena aku belum pernah merasakan suka pada pandangan pertama seperti itu.

“Kau benar! Aku akan berdoa pada tuhan untuk mempertemukan kita kembali.” Katanya masih dengan keantusiasan yang sama.

****

Lalu kami berpisah sambil setelah Sang Mun mendapatkan telepon dari ibunya untuk segera pulang. aku memilih untuk berjalan-jalan di belakang kota sambil menikmati matahari yang sebentar lagi kembali ke peraduannya.

Jalanan di sini sangat sepi, bahkan jarang sekali ada mobil yang melintas. Boro-boro mobil, orang lalu lalag disini saja jarang sekali. Btw, hari ini banyak sekali siswa baru di sekolahku, Sang Mun dan adiknya adalah salah duanya.

****

[flashback]

Pluuk!!

Sebuah bola kertas memndarat dengan sukses di kepalaku dan berhasil membangunkaknku dari tidur nyenyak dengan biadab di dalam kelas saat pelajaran. Bahkan, pelajaran pertama!

“Young Sang Mun imnida, mannasobangap semnida, mohon bantuannya!”

Sebuah suara menarik perhatianku dan menyita kantukku. Ada murid baru kah? Lalu mereka berjalan menuju meja kosong yang ada tepat di depanku. Aku tersenyum ketika gadis itu melintas di depanku dan langsung duduk. Sedang laki-laki yang satunya hanya diam dengan muka datar.

”Hey, aku Sang Mun. Kau siapa?” tanyanya bisik-bisik padaku.

”eh, aku Eum Ji, Song Eum Ji.” jawabku singkat sambil tersenyum.

”Nanti, kita makan bersama di kantin ya? Aku membawa bekal makanan yang enak!” katanya sambil mengedikkan mata, lalu membalikkan badan dan sang sesepuh sudah memulai pelajarannya.

****

Akhirnya. Bel sudah nyaring berbunyi lima menit yang lalu, dan aku sudah duduk disini, di meja pojok sebuah kantin bersama tiga orang lainnya yang meruakan siswa baru. Bayangkan, sehari ada tiga siswa baru!!

”Gamsahamnida sudah bersedia duduk bersama kami. Ini temanku yang lain, namanya Won Hyu Na. Dia masih satu angkatan dengan kita, tapi beda kelas. Dia di kelas 2.5.” kata Sang Mun memulai pembicaraan kami setelah kecanggungan tak menyenangkan selama seperempat jam.

Hyu Na, gadis berambut panjang itu hanya tersenyum simpul. Aku membalas seperlunya. Lalu, kami mulai berserita tentang apa saja yang nyaman untuk dibicarakan teman baru. Laki-laki yang bersama dengan Sang Mun hanya menanggapi seperlunya saja. Pendiam atau sombong?

”Mianhae, siapa laki-laki yang bersamamu tadi?” tanyaku saat laki-laki berambut coklat itu mencuci tangannya.

”Oh, Taemin? Dia adik kembarku. Kami kembar, hanya saja tidak identik.” jawabnya sambil menyerutup sisa jus jeruk botolan yang ia beli.

”Oh, adik ya...”

Lalu pembicaraan kami seputar Lee Taemin yang keterlaluan judesnya hingga ia tidak punya teman. Aku jadi tahu mengapa mereka semua pindah ke Seoul. Sang Mun dan Taemin pindah karena orang tua mereka dipindah tugaskan disini. Sedang Hyu Na, dia pindah karena ada sesuatu hal yang membawanya kemari. Aku tikda tahu maksut dari kalimat itu.

****

Pulang sekolah.

Aku sudah menunggu ketiga temanku, Hongki, Ae Cha dan Gae Hya, di parkiran sepeda di sekolahku. Sekitar sepuluh menitan aku menunggu, Ae cha dan Hongki datang. Tanpa Gae Hya?

”Hey, Gae Hya kemana?” tanyaku saat mereka sudah duduk di sebelahku.

”Dia tadi mampir ke kamar mandi. Mungkin sebentar lagi dia sampai.” jawab Hongki sambil menenggak minuman jus jeruk kesukaannya.

Lalu, tak lama kemudian, Gae Hya datang sambil berlari-lari dengan muka pucat.

”waeyo?” tanyaku sambil mendekatinya.

”hhh... hhh... ”

”Ya sudah, kau duduklah dulu, lalu ceritakan pada kami apa yang terjadi.” kata hongki cepat, lalu mengambil botol minuman yang ada di dalam tasnya dan menyodorkan pada Gae Hya. Dia meneguk minuman dengan cepat, lalu nafasnya kembali normal.

”Kalian tau apa yang terjadi padaku? Aku menabrak seorang senior dan minumanku tumpah!” katanya sambil memegangi kepala, pertanda bahwa ia sedang kebingungan.

”Kau membawa minuman ke kamar mandi?” tanya Ae cha yang sedari tadi bermain dengan ponselnya.

”Aniyo~. Tadi setelah dari kamar mandi aku mampir ke kantin untuk membeli mimuman. Dan ketika aku melewati tikungan koridor, aku bertabrakan dengan seniorku.” terangnya panjang lebar.

Lalu, aku tahu kalau laki-laki itu marah besar pada Gae Hya karena ia menceritakan bahwa seniornya itu hanya diam saja tanpa berkata apapun. Bahkan ketika Gae Hya memberikan sapu tangannya untuk mengusap minuman yang tumpah di seragamnya.

”Besok, kau harus ber—”

”Eum Ji!!” seseorang berteriak memanggil namaku? Aku mencari sumber suara dan menemukan siapa pemilik suara cempreng itu. Aku menyipitkan mata untuk mencari tahu siapa dua orang yang setengah berlari menuju parkiran. Sang Mun dan adiknya, Taemin.

”Hey, kau pulang dengan siapa?” tanya Sang Mun dengan nafas yang terengah-engah.

”Dengan mereka.” aku menunjuk tiga orang yang diam seperti patung. Aku melihat ekspresi ganjil Ae cha ketika bola matanya melihat sosok judes Taemin.

”Oh hay. Aku teman barunya Eum Ji-ah. Salam kenal.” kata Sang Mun sambil menundukkan badan. ”Dan ini adik kembarku, namanya Taemin.” tambahnya dengan semangat.

”Unnie, kapan kita pulang?” tanya Taemin dengan suara pelan namun tajam, namun suaranya terdengar seperti mendesis.

”Sebentar lagi. Sudah ya, kami pulang dulu. Tto manayo.”

Lalu mereka pulang dengan aman. Hongki dan yang lainnya menanyakan teman baruku, lalu aku jelaskan secara singkat. Ae cha masih saja diam. Namun, bibirnya tersenyum penuh makna. Ada apa dengan dia?

****

[ flashback ended ]

Lamunanku buyar ketika aku menyadari ada sebuah mobil yang melaju sangat kencang dan sembarangan melintas tepat dihadapanku. Aku yang kaget dan telat menyadari datangnya bahaya, tidak bisa menyelamatkan diri dan malah mematung sambil berdoa semoga ada keajaiban yang datang menyelamatkan ak—

BEEEEETTTT!!!

Rasanya ada yang menyeret tubuhku ke pinggir jalan atau kemana. Aku tidak tahu. Aigoo~ ini sama seperti saat itu, aku diselamatkan oleh orang yang tidak aku kenal—

DUUUKKK!!!

Awww!! Sakiit! Mendadak kepalaku pusing dan mataku terasa berat. apa yang menghantamku tadi? Pohon? Aigoo~

Aku merasa ada yang menarikku.

”Nona, ada tidak apa-apa? Nona Eum Ji?” tanya sebuah suara maskulin sambil menggoyang-goyangkan tubuhku. Aku tidak tahu siapa laki-laki yang menyelamatkan aku. Aku ingin membuka mataku, tapi semakin aku berusaha, kepalaku semakin terasa nyeri.

Lalu, gelap...

****

Sudaaaah!! Akhirnya kelar juga. Mohon komentarnya yaa :)

Senin, 23 Agustus 2010

Y.O.U the series [FF]-chapter 1: Chicken Cream Sup

hai cinguu!! saya kembali setelah bersemedi sangat lama dan melupakan blog saya yang mengenaskan ini =__=
dan kini, saya kembali dengan sebuah hasrat menulis yang membabi rusa *inspirasidaritissa*. meskipun nanti hasilnya entah bagus untuk temen2 semua atau tidak. yang penting hasrat saya yang satu ini tersalurkan :)

jadi, beberapa hari yang lalu, saya dapet wangsit buat nulis FF (fanfics) ini. jadi, ini cerita berseri yang bersetting di Korea selatan, khususnya di seoul *sedangsangattergilagiladengankorea*. buat temen2 yang suka korea, bisa baca.

silahkan menikmati cerita saya yang ala kadarnya ini :)

casting:
Casting:
-Kim So Eun as Song Eum Ji
-Yoon Eun Hye as Son Ae Cha
-Park Shin Hye as Lee Gae Hya
-Lee Jinki, Lee Taemin, Kim Jong Hyun, Choi MinHo, Kim Kibum Key ( belong to SHINee )
-Lee Hong Ki ( belong to FT. Island )
-Lee dong hae ( belong to suju )

Song Eum Ji

Song Ae Cha

Lee Gae Hya

Jinki, Taemin, Jjong, Min Ho, Key

Lee Hongki

Lee Dong Hae

Chapter 1: Chicken Cream Soup

Jam berapa sekarang?
Aku melirik jam yang terpasang di dinding tinggi kantin bercat biru muda ini, pukul delapan pagi. Jadi, aku sudah sekitar satu jam duduk diam di kantin hanya ditemani segelas chicken cream sup buatan ahjumma kantin yang sangat baik padaku, eh?
Well, aku telat. Semua ini gegara demam terkutuk yang hingga tadi pagi belum sembuh. Aku bangun kesiangan dan melewatkan upacara penyambutan oleh kepala sekolah idolaku setelah libur panjang musim dingin.
Penderitaanku belum berakhir sampai aku menubruk seseorang di tikungan koridor jalan menuju ke kelasku di lantai dua. Aku kaget, hingga aku lari sambil mengucapkan maaf berkali-kali yang menggema di seluruh koridor. Saking kagetnya lagi, aku tidak sadar arah lariku menuju kemana. Saat aku sadari, aku sudah berada di depan pintu ruang guru dan bertemu dengan para sesepuh sekolah ( baca: guru ). Aku nyengir tanpa dosa sambil mencoba untuk melarikan diri. Namun, teriakan guru BP membuat langkahku membeku. Aku tidak boleh mengikuti upacara pembukaan semester genap dan pelajaran sehari penuh.

Sial dan bodoh.

Jadi, aku duduk disini sendirian, karena aku baru saja menghabiskan sendok terakhir sup ku. Apa yang harus aku lakukan sekarang? Kalau aku pulang, appa akan memarahiku lantaran dikira bolos. Kalau tetap disini, sama saja karena aku tidak akan bisa masuk kelas hari ini. Padahal aku sudah sangat merindukan pelajaran-pelajaran setelah sekian lama menganggur di rumah.

Ya ya ya, aku ini murid pindahan dari sekolah pinggiran yang tidak terkenal. Aku juga tidak tahu sejarah bagaimana kau bisa sampai di sekolah elit dan megah seperti ini. Tahu-tahu ada surat saja dari sekolah lamaku kalau aku mendapatkan beasiswa karena prestasiku yang “lumayan”, kata kepala sekolah yang aku idolakan.

Drt... drt...

Ponselku bergetar di dalam saku sragam sekolah musim dinginku, aku merogohnya dan tertera nama Ae Cha-dongsaeng. Kenapa dia telepon? Selama ini dia kan sangat dingin padaku? Aku menjawabnya dan terdengar suara laki-laki diseberang ponsel. Siapa ini?

“Eum Ji-unnie?” suara maskulin itu sangat familier, Lee Hongki?

“Hei, ini Lee Hongki ya?” jawabku santai.

“Kau ini dimana saja? Aku mencarimu di halaman sekolah, tapi aku tidak
menemukanmu!” terdengar nada khawatir di seberang sana.

“Kau mencariku? Maaf. Aku telat datang ke sekolah. Lalu guru BP sekolah kita menemukanku, ia melarangku mengikuti pelajaran penuh hari ini.” Jelasku panjang lebar.

“Lalu, sekarang kau dimana?”

“Aku di kantin. Kalian tidak usah datang kesini. Aku tidak mau menyusahkan kalian. Mungkin setelah ini aku pulang ke rumah. Salam buat semua yaa..”

“Baiklah kalau begitu. Hati-hati di jalan yaa. Berterima kasihlah pada Ae Cha, dia sudah sangat baik meminjamiku ponsel untuk meneleponmu.”

“Iya, sampaikan saja padanya. Gomawo,” lalu terdengar suara telepon dimatikan.
Aku bermaksud untuk pulang ketika seorang laki-laki duduk dengan santai di depan bangku yang aku duduki. Aku mendongak dan mendapati pemuda berambut coklat, bermata sipit dan berkemeja rapi. Siapa pemuda ini?

“Mianhamnida, apakah anda ada urusan dengan saya?” tanyaku sambil kembali duduk.

Tangannya yang pendek mengambil sesuatu dari bawah meja, sebuah keranjang plastik putih transparan. OH TIDAK!! Itu kan jualanku?

“Ini punyamu bukan?” tanyanya dengan friba suara yang melengkuk-lengkuk.
Kenapa aku lupa kalau hari ini aku jualan martabak telur seperti hari-hari bisaa di sekolah? Wait, kenapa itu keranjang bisa di tangan pemuda beralis tebal ini?

“Hey, ini punyamu bukan?” tanya pemuda itu lagi sambil mengibaskan tangannya di depan wajahku. Lamunanku yang menyedihkan terbuyarkan.

“Oh, eh iya! Ini milik saya. Kenapa bisa—“

“Kau tadi pagi yang menabrakku. Keranjang ini terjatuh dan tergeletak di depan pintu kelas. Aku pikir ini punyamu. Benar kan?” tanyanya sambil tersenyum dengan senyum-memabukkan-wanita.

“mm, iya. Gamsahamnida, mianhamnida telah merepotkanmu.” Kataku sambil mengambil keranjang yang ia sodorkan.

“Kau Song Eum Ji ya?” tanya pemuda itu lagi, masih tersenyum.

“Eh, iya. Bagaimana anda bisa tahu?”

Jari telunjuk pemuda itu menunjuk ke arah dada sebelah kanan, papan namaku? Aku hanya tersenyum sambil membetulkan posisi dudukku yang tidak nyaman. Bukan karena tidak nyaman, karena aku sedang gelisah. Oh bukaan! Aku hanya, err, grogi.

“Kalau boleh tahu, siapa nama anda?”

“Aku—“

BRAAAK!!

"Eum Ji-unnie?"

aku menoleh ke arah pintu kantin yang terbuka dengan kasar. Lee Hongki? Pemuda berambut pirang itu berjalan mendekat dengan tampang setengah lega-setengah gelisah. lega karena telah menemukanku, eh?

"Apa yang membawamu kesini, Hongki-dongsaeng?" tanyaku sambil berdiri ketika pemuda berseragam rapi itu sudah berdiri di depan mejaku. Pandangannya tertuju padaku, dan sepertinya dia tidak menyadari ada seseorang yang lain yang duduk di depan mejaku.

"Tentu saja kau! aku mencarimu sebelum meneleponmu tadi." jelasnya sambil berkacak pinggang.

"Aku kan sudah bilang padamu, wahai kepala merang! tak usah mencariku. Aku baik-baik saja." jawabku sambil tersenyum, lalu duduk kembali.

"Ya sudah, aku kembali saja ke kelas sebelum seonsaengnim datang ke kelas." katanya menyerah sambil berjalan pergi. Namun, tiba-tiba langkahnya terhenti dan baru dia menyadari adanya orang yang duduk bersamaku. Matanya menyipit, rahangnya mengeras, lalu tanpa kata ia pergi meninggalkan aku. Ketika tatapanku beralih pada pemuda di depanku, ekspresi kagetnya masih tersisa menghiasi wajahnya.
Ada apa dengan mereka?

"Hei, anda tidak apa-apa kan?" tanyaku berusaha meyakinkan bahwa tidak ada gangguan jiwa yang dialami oleh pemuda ini setelah melihat orang korea berambut pirang.

"Oh, eh. Tidak, aku hanya sedikit heran. Rambut temanmu pirang, eh?" tanyanya sambil tersenyum canggung.

"Eh, iya. Jadi, siapa nama anda?" tanyaku mengalihkan pembicaraan sebelum topik rambut-pirang-di-korea menyita obrolan kami.

"Ngomong-ngomong, tidak usah pakai bahasa yang formal kalau berbicara denganku. toh, aku ini kan temanmu." jawabnya sambil tersenyum, lalu memasukkan sesendok chicken cream sup yang masih mengepul ke dalam mulutnya.

"Kau cukup panggil aku--"

KRRAAK!!

Pintu kantin terbuka lagi, aku menoleh dan mendapati dua orang berbadan tegap dan berjas hitam rapi berjalan dengan mantap menuju meja yang aku duduki. Siapa laki-laki ini? Kacamata hitamnya membuat mereka semakin seram, ditambah earphone yang menyumpal telinga kiri mereka.

"Maaf, Tuan muda kami mengganggu kenyamanan anda, tapi Ibu Kepala Sekolah tengah mencari anda. Anda di mohon untuk menghadap beliau sekarang juga di kantornya." suara maskulin yang keluar dengan tegas dari salah satu laki-laki-serba-hitam itu memenuhi sudut-sudut kantin yang legang.

Sebentar, Tuan Muda?

"Baik, aku akan segera kesana."

Aku mendongak ketika pemuda yang belum aku tahu namanya bangkit dari duduknya lalu merapikan kemeja kotak-kotaknya.

"Maaf, pembicaraan akan aku lanjutkan besok. Neol Tto manayo." katanya sambil tersenyum lalu berjalan dengan diikuti dua laki-laki tak jelas tadi.

Hei! kenapa mengetahui namanya saja sangat sulit?

--------------------------------------------------------------------------------------------------

TBC yah cingu,, mohon komentarnya. masih sangat abaal, >.<
tapi saya mohon kritik dan sarannya. gamsahamnida :)
btw, siapa ya kira-kira pemuda ini? :)