Saya tau, mungkin hanya sedikit saja yang bersedia membaca FF saya yang masih abal dan harus banyak diperbaiki. Namun, saya akan terus mencoba *gym* mari kita mulai, Y.O.U chapter 2,, selamat menikmati J
New casting:
-Han Hyo Ju as Young Sang Mun
-Ko Ah Ra as Won Hyu Na
Young Sang MunWon Hyu Na
Chapter 2 – tiga kopi hangat dan sebuah insiden
[backsound: stand by me-shinee]
Together make it love!
Forever make it your smile!
neoui hwanhan miso gadeukhi
Together make it love!
Forever make it your smile!
ije naesoneul naesoneul jaba
Stand by me nareul barabwajwo ajik sarangeul moreujiman
Stand by me nareul jikyeobwajwo ajik sarange seotungeot gata
Pemandangan
Selamat!
Aku segera turun begitu sudah sampai di tempat pemberhentian busway. Jalanan memang padat dan sedikit licin. Jadinya aku harus berhati-hati berjalan diantara lautan manusia yang memiliki kepentingan sendiri-sendiri.
Aku memulai jalan-jalanku dengan berjalan sepanjang deretan took yang masing-masing menjual barang tertentu. Lalu aku menemukan toko yang menjual apa yang aku butuhkan, syal.
HYUNG MIN’S COLLECTION: WINTER SEASON
Aku segera masuk karena hawa yang semakin dingin. Aku menemukan syal warna merah muda beserta dengan sarung tangannya. Oh tidak! Kau tahu berapa harganya? 90 ribu won! Aku langsung menelan ludah ketika melihat harga yang begitu mahal. Aku langsung keluar begitu mendapati harga rata-rata syal yang dijual di toko itu. Yang benar saja!
aku merapatkan mantel jaket lapis dua yang menyelubungi tubuhku dan topi rajut beserta dengan penutup telinganya. Apa alam lupa mengganti musimnya? Hingga liburan musim dingin sudah berakhirpun hawa masih saja di bawah 10 derajat.
Ketika aku berjalan sambil menggosok-gosokkan tanganku agar mendapatkan sedikit kehangatan, aku melihat sebuah syal rajut berwarna putih tulang yang digantungkan di depan toko kecil yang tidak terlalu ramai. Aku segera berjalan mendekat dan menanyakan harganya. 10 ribu won! Masih lumayan. Meskipun bahan dan kehangatannya sedikit berbeda dengan syal yang tadi, namun fungsinya sama, sama-sama menghangatkan. Aku segera merogoh kantung tas slempangku dan membayarnya.
Terselamatkanlah leherku yang sedari dua minggu yang lalu menjadi korban keganasan suhu musim dingin. setelah mendapatkan apa yang aku butuhkan, aku duduk di salah satu bangku taman kota dan membuka bekal makanku yang masih hangat: martabak dan roti bakar coklat dengan ukuran yang sangat besar siap untuk aku lahap.
Saat aku memulai untuk makan, sebuah tangan menepuk bahuku. Aku terlonjak dan menoleh. Aku mendapati seorang gadis berambut coklat sebahu dan seorang laki-laki di belakangnya. Hey, sepertinya aku tahu dua orang ini. Ah, ini kan murid baru di kelasku yang baru datang hari ini?
“Hey, kenapa kau sendirian saja? “ Tanya nya sambil duduk di sebelahku, didikuti laki-laki bertampang judes yamg sedari tadi hanya bergeming.
“Ah, ne.” jawabku canggung sambil menutup bekal makananku.
“Eh, kau kan ingin sekali membeli roti bakar? Jadi tidak? Kalau jadi, kita minta bantuan Eum Ji saja!” ujarnya pada laki-laki di yang duduk disebelahnya, laki-laki berambut sama coklatnya itu hanya mengedikkan bahu.
“Kau tahu tempat dimana adikku bisa mendapatkan roti bakar?” tanya gadis itu sambil merogoh tas slempangnya.
“Roti bakar? Kalau kalian mau, makan punyaku saja. Setahuku, roti bakar hanya ada malam hari. Kalaupun ada, mungkin tempatnya jauh dari sini.” Jawabku sambil menawarkan bekalku pada gadis ini.
Dia menerima sambil tersenyum, lalu menawarkan pada adiknya. Kemudian gadis beralis tebal itu membelikanku kopi hangat, lalu kembali dengan tangan memegang tiga buah plastic berisi coffe cup panas yang aku tunggu dengan kecanggungan. Bagaimana tidak? Laki-laki itu hanya bermain dengan ponselnya seolah-olah aku ini tidak ada.
Namun, gadis bernama Sang Mun ini kembali dengan wajah merah padam dan tawa kesenangan yang ia tahan.
“Aigoo!” pekiknya sambil duduk di sebelahku, lalu menyodorkan kopi bagianku.
“Gomawo. Waeyo?” tanyaku dengan kening berkerut. Aroma kopi yang masih panas memnbuatku tak sabar untuk menyerutupnya.
“Baru saja aku bertabrakan dengan seorang laki-laki yang sangat manis dan ganteng. Aigoo!” terangnya, lalu menyerutup kopinya pelan sebelum mulai bercerita lagi. “Kau tahu, saat aku berjalan untuk mengantri, ada orang yang dengan sengaja menjegalku dan usahanya itu berhasil! kurang hajar sekali!!” tambahnya, lalu menyerutup kopinya lagi, “aku hampir saja terjengkang dan jatuh ketika ada seseorang menangkapku dari belakang. Rambutnya pirang jabrik dan bau tubuhnya sangat wangi!”
“Heh, noona! kau ini tak usah terlalu senang. Mungkin laki-laki yang kau ceritakan itu hanya kebetulan berada disana dan tidak ada pilihan lain selain menangkapmu yang akan jatuh.” timpal laki-laki disebelah Sang Mun di sela-sela serutupan kopinya.
“Kau ini, selalu saja mengahancurkan moodku yang sedang baik,” balas Sang Mun, lalu ia mengahadap aku yang sedari tadi hanya diam sambil menikamati setiap teguk kopi dari Sang Mun, “ menurutmu, apakah dia jodohku?” tanyanya penuh antusias.
“oh, aku tidak tahu harus menjawab apa. Mungkin kau akan mendapatkan jawabannya setelah bertemu dengan tidak sengaja dengannya lagi. Barang sekali dua kali.” Jawabku apa adanya, karena aku belum pernah merasakan suka pada pandangan pertama seperti itu.
“Kau benar! Aku akan berdoa pada tuhan untuk mempertemukan kita kembali.” Katanya masih dengan keantusiasan yang sama.
****
Lalu kami berpisah sambil setelah Sang Mun mendapatkan telepon dari ibunya untuk segera pulang. aku memilih untuk berjalan-jalan di belakang
Jalanan di sini sangat sepi, bahkan jarang sekali ada mobil yang melintas. Boro-boro mobil, orang lalu lalag disini saja jarang sekali. Btw, hari ini banyak sekali siswa baru di sekolahku, Sang Mun dan adiknya adalah salah duanya.
****
[flashback]
Pluuk!!
Sebuah bola kertas memndarat dengan sukses di kepalaku dan berhasil membangunkaknku dari tidur nyenyak dengan biadab di dalam kelas saat pelajaran. Bahkan, pelajaran pertama!
“Young Sang Mun imnida, mannasobangap semnida, mohon bantuannya!”
Sebuah suara menarik perhatianku dan menyita kantukku. Ada murid baru kah? Lalu mereka berjalan menuju meja kosong yang ada tepat di depanku. Aku tersenyum ketika gadis itu melintas di depanku dan langsung duduk. Sedang laki-laki yang satunya hanya diam dengan muka datar.
”Hey, aku Sang Mun. Kau siapa?” tanyanya bisik-bisik padaku.
”eh, aku Eum Ji, Song Eum Ji.” jawabku singkat sambil tersenyum.
”Nanti, kita makan bersama di kantin ya? Aku membawa bekal makanan yang enak!” katanya sambil mengedikkan mata, lalu membalikkan badan dan sang sesepuh sudah memulai pelajarannya.
****
Akhirnya. Bel sudah nyaring berbunyi lima menit yang lalu, dan aku sudah duduk disini, di meja pojok sebuah kantin bersama tiga orang lainnya yang meruakan siswa baru. Bayangkan, sehari ada tiga siswa baru!!
”Gamsahamnida sudah bersedia duduk bersama kami. Ini temanku yang lain, namanya Won Hyu Na. Dia masih satu angkatan dengan kita, tapi beda kelas. Dia di kelas 2.5.” kata Sang Mun memulai pembicaraan kami setelah kecanggungan tak menyenangkan selama seperempat jam.
Hyu Na, gadis berambut panjang itu hanya tersenyum simpul. Aku membalas seperlunya. Lalu, kami mulai berserita tentang apa saja yang nyaman untuk dibicarakan teman baru. Laki-laki yang bersama dengan Sang Mun hanya menanggapi seperlunya saja. Pendiam atau sombong?
”Mianhae, siapa laki-laki yang bersamamu tadi?” tanyaku saat laki-laki berambut coklat itu mencuci tangannya.
”Oh, Taemin? Dia adik kembarku. Kami kembar, hanya saja tidak identik.” jawabnya sambil menyerutup sisa jus jeruk botolan yang ia beli.
”Oh, adik ya...”
Lalu pembicaraan kami seputar Lee Taemin yang keterlaluan judesnya hingga ia tidak punya teman. Aku jadi tahu mengapa mereka semua pindah ke Seoul. Sang Mun dan Taemin pindah karena orang tua mereka dipindah tugaskan disini. Sedang Hyu Na, dia pindah karena ada sesuatu hal yang membawanya kemari. Aku tikda tahu maksut dari kalimat itu.
****
Pulang sekolah.
Aku sudah menunggu ketiga temanku, Hongki, Ae Cha dan Gae Hya, di parkiran sepeda di sekolahku. Sekitar sepuluh menitan aku menunggu, Ae cha dan Hongki datang. Tanpa Gae Hya?
”Hey, Gae Hya kemana?” tanyaku saat mereka sudah duduk di sebelahku.
”Dia tadi mampir ke kamar mandi. Mungkin sebentar lagi dia sampai.” jawab Hongki sambil menenggak minuman jus jeruk kesukaannya.
Lalu, tak lama kemudian, Gae Hya datang sambil berlari-lari dengan muka pucat.
”waeyo?” tanyaku sambil mendekatinya.
”hhh... hhh... ”
”Ya sudah, kau duduklah dulu, lalu ceritakan pada kami apa yang terjadi.” kata hongki cepat, lalu mengambil botol minuman yang ada di dalam tasnya dan menyodorkan pada Gae Hya. Dia meneguk minuman dengan cepat, lalu nafasnya kembali normal.
”Kalian tau apa yang terjadi padaku? Aku menabrak seorang senior dan minumanku tumpah!” katanya sambil memegangi kepala, pertanda bahwa ia sedang kebingungan.
”Kau membawa minuman ke kamar mandi?” tanya Ae cha yang sedari tadi bermain dengan ponselnya.
”Aniyo~. Tadi setelah dari kamar mandi aku mampir ke kantin untuk membeli mimuman. Dan ketika aku melewati tikungan koridor, aku bertabrakan dengan seniorku.” terangnya panjang lebar.
Lalu, aku tahu kalau laki-laki itu marah besar pada Gae Hya karena ia menceritakan bahwa seniornya itu hanya diam saja tanpa berkata apapun. Bahkan ketika Gae Hya memberikan sapu tangannya untuk mengusap minuman yang tumpah di seragamnya.
”Besok, kau harus ber—”
”Eum Ji!!” seseorang berteriak memanggil namaku? Aku mencari sumber suara dan menemukan siapa pemilik suara cempreng itu. Aku menyipitkan mata untuk mencari tahu siapa dua orang yang setengah berlari menuju parkiran. Sang Mun dan adiknya, Taemin.
”Hey, kau pulang dengan siapa?” tanya Sang Mun dengan nafas yang terengah-engah.
”Dengan mereka.” aku menunjuk tiga orang yang diam seperti patung. Aku melihat ekspresi ganjil Ae cha ketika bola matanya melihat sosok judes Taemin.
”Oh hay. Aku teman barunya Eum Ji-ah. Salam kenal.” kata Sang Mun sambil menundukkan badan. ”Dan ini adik kembarku, namanya Taemin.” tambahnya dengan semangat.
”Unnie, kapan kita pulang?” tanya Taemin dengan suara pelan namun tajam, namun suaranya terdengar seperti mendesis.
”Sebentar lagi. Sudah ya, kami pulang dulu. Tto manayo.”
Lalu mereka pulang dengan aman. Hongki dan yang lainnya menanyakan teman baruku, lalu aku jelaskan secara singkat. Ae cha masih saja diam. Namun, bibirnya tersenyum penuh makna. Ada apa dengan dia?
****
[ flashback ended ]
Lamunanku buyar ketika aku menyadari ada sebuah mobil yang melaju sangat kencang dan sembarangan melintas tepat dihadapanku. Aku yang kaget dan telat menyadari datangnya bahaya, tidak bisa menyelamatkan diri dan malah mematung sambil berdoa semoga ada keajaiban yang datang menyelamatkan ak—
BEEEEETTTT!!!
Rasanya ada yang menyeret tubuhku ke pinggir jalan atau kemana. Aku tidak tahu. Aigoo~ ini sama seperti saat itu, aku diselamatkan oleh orang yang tidak aku kenal—
DUUUKKK!!!
Awww!! Sakiit! Mendadak kepalaku pusing dan mataku terasa berat. apa yang menghantamku tadi? Pohon? Aigoo~
Aku merasa ada yang menarikku.
”Nona, ada tidak apa-apa? Nona Eum Ji?” tanya sebuah suara maskulin sambil menggoyang-goyangkan tubuhku. Aku tidak tahu siapa laki-laki yang menyelamatkan aku. Aku ingin membuka mataku, tapi semakin aku berusaha, kepalaku semakin terasa nyeri.
Lalu, gelap...
****
Sudaaaah!! Akhirnya kelar juga. Mohon komentarnya yaa :)
ceritanya tetep ok tapi rada bingung....hehehehe....
BalasHapusbtw aq tetep sk kok ama ceritanya...
next......